BAB
I
1.1 Tujuan
1.1.1
Menerapkan proses
fermentasi
1.1.2
Mengetahui proses
fermentasi dari jagung
1.1.3
Mengetahui perbedaan
fermentasi antara beras jagung dengan jagung pipil
1.1.4
Sebagai wadah pelatihan
untuk menghasilkan produk yang bermutu dalam dunia industri
1.2 Latar Belakang
Akhir-akhir
ini makanan tradisional tapai kurang diminati di kalangan masyarakat. Seiring
dengan banyaknya makanan modern, maka kelompok kami membuat inovasi makanan
tradisional tapai dengan menggunakan bahan jagung. Pembuatan tapai jagung juga
dapat meningkatkan nilai jual jagung di pasaran.
Bahan
dasar jagung digunakan karena selain murah jagung juga dapat dikonsumsi bagi
penderita diabetes. Jagung mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
kita contohnya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, dan
vitamin. Kandungan nutrisi jagung yang tidak jauh berbeda dengan ketan memunculkan
ide tentang pembuatan tapai dari jagung.
BAB
II
2.1 Dasar Teori
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah
satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.(Zakiah, 28/1/2010).
Gula adalah bahan yang umum dalam
fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam asetat, dan hidrogen.
Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi
seperti asam butirat dan aseton.
Persamaan Reaksi Kimia
C6H12O6 → 2
C2H5OH + 2 CO2 + 2
ATP
Dijabarkan sebagai
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula
yang terlibat. Tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis,
yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung
produk akhir yang dihasilkan.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda
tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara
singkat, glukosa (C6H12O6)
yang merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2 C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh
ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi tapai. Ragi menggunakan beberapa jenis mikroorganisme
seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis
burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis
fibuligera, Pediococcus sp., dan lain-lain. Tapai hasil
fermentasi dari S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair, berasa manis
keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket.
Pembuatan tapai memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi
agar bahan dasar tapai dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang
berlangsung dengan baik. Agar pembuatan tapai berhasil dengan baik, alat-alat
dan bahan-bahan yang digunakan harus bersih, terutama dari lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai
untuk mengolah bahan tapai bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Air yang digunakan juga harus bersih, menggunakan air hujan bisa mengakibatkan
tapai tidak berhasil dibuat.
Jagung (Zea
mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
Kandungan
gizi per 100 gram jagung adalah:
|
|
Dan bagian yang dapat dimakan 90 %.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih
rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan
tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Biji jagung kaya akan karbohidrat.
Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai
80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh
patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan.
Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami
peningkatan fitoglikogen dan
sukrosa.
BAB
III
3.1 Metodologi
3.1.1 Alat
3.1.1.1
Kompor
3.1.1.2
Panci
3.1.1.3
Sendok kayu
3.1.1.4
Wadah baskom
3.1.1.5
Oven
3.1.1.6
Gelas arloji
3.1.1.7
Cawan dan mortar
3.1.2 Bahan
3.1.2.1
Beras jagung
3.1.2.2
Jagung pipil
3.1.2.3
Daun pisang
3.1.2.4
Ragi tape
3.1.2.5
Air
3.1.3 Langkah Kerja
3.1.3.1 Pembuatan Tapai
dari Beras Jagung
1) Menimbang 125 gram beras jagung. Masukkan dalam
wadah dan cuci hingga bersih.
2) Merendam beras jagung dengan air selama 1 jam.
3) Setelah 1 jam, membuang air rendaman dan mencuci
kembali beras jagung. Dimasak dengan air dan diaduk terus hingga setengah
matang.
4) Sambil menunggu memasak beras jagung, memanaskan
air dalam panci untuk menanak beras jagung yang setengah matang.
5) Menunggu sampai air dalam panci mendidih, lalu
masukkan beras jagung dengan diberi sekat agar beras jagung tidak bercampur
dengan air.
6) Menutup panci dan menunggu selama 30 menit.
7) Setelah 30 menit, memindahkan nasi jagung diatas
wadah plastic dan mendinginkan pada suhu ruang.
8) Memasukkan ragi tape dalam oven selama 5 menit.
9) Setelah 5 menit, mengahaluskan ragi tape.
10) Menaburkan bubuk ragi tape di atas nasi jagung
yang sudah dingin. Mencampurnya hingga rata.
11) Menata daun pisang pada wadah plastic. Kemudian
memasukkan nasi jagung bercampur ragi ke dalamnya. Menutup dengan daun pisang
kemudian tutup baskom.
12) Memeram selama 3 hari.
3.1.3.2
Pembuatan Tapai dari Jagung Pipil
1)
Menimbang 125 gram jagung pipil. Masukkan dalam wadah dan cuci hingga bersih.
2)
Memasak dengan air hingga matang.
3)
Setelah matang, memindahkan jagung diatas wadah plastik dan mendinginkan pada
suhu ruang.
4)
Memasukkan ragi tape dalam oven selama 5 menit.
5)
Setelah 5 menit, mengahaluskan ragi tape.
6)
Menaburkan bubuk ragi tape di atas jagung yang sudah dingin. Mencampurnya
hingga rata.
7)
Menata daun pisang pada wadah plastic. Kemudian memasukkan jagung bercampur
ragi ke dalamnya. Menutup dengan daun pisang kemudian tutup baskom.
8)
Memeram selama 3 hari.
BAB
IV
4.1 Data Pengamatan
Variable tetap : 1.
Ragi tape : Seberat
0.5% x 125gr = 0.625gr
2. Jagung : 125 gram
3. Waktu
pemeraman : 3 hari ( 3 x 24 jam )
Variable bebas : 1.
Beras Jagung
2. Jagung
Pipil
4.1.2 hasil Perbandingan Hasil
Kedua Tapai
4.1.2.1 Tapai dari Beras Jagung 4.1.2.2 Tapai dari jagung
pipil
No.
|
Perbedaan / persamaan dari segi.
|
Tapai dari Beras Jagung
|
Tapai dari Jagung Pipil
|
1.
|
Warna
|
orange
(tetap seperti beras
jagung awal).
|
orange
(tetap seperti jagung pipil
awal).
|
2.
|
Rasa
|
masam dan sedikit manis.
|
masam.
|
3.
|
Aroma
|
seperti
tapai ketan.
|
sedikit
lebih masam dari tapai beras jagung.
|
4.
|
Tekstur
|
sedikit
lengket, sedikit berair, agak lunak.
|
tekstur
luar keras tetapi bagian dalam sangat lunak, membentuk kapang seperti tempe.
|
4.2 Pembahasan
Proses fermentasi tidak lepas dari
aktivitas mikroorganisme. Mikroba yang digunakan pada pembuatan tapai adalah Saccharomyces cerevisiae.
yeast ini dapat mengubah gula menjadi etanol dan asam laktat juga
karbondioksida.
Proses pemeraman dilakukan untuk
menjaga suhu agar mikroba dalam keadaan aktif selain itu yeast juga produktif pada
keadaan anaerob.
Setelah proses pemeraman dilakukan, yeast
tidak langsung aktif dan produktif. yeast akan mengalami adaptasi terlebih
dahulu dengan lingkungan barunya. Jika adaptasi yang dilakukan berhasil, maka
produk yanag dihasilkan akan optimal. Jika adaptasi yang dilakukan tidak/kurang
berhasil, maka produk yang dihasilkan juga akan menyimpang dari teori. Hal ini
dapat dilihat pada kurva pertumbuhan saccharomyces c. pada media jagung.
Pada praktikum kali ini hasil pengamatan tapai dari
beras jagung berhasil. Hasil yang didapat persis seperti yang diinginkan. Mulai
dari bau, rasa, dan tekstur mirip dengan tapai pada umumnya. Hal ini disebabkan
kandungan dan tekstur jagung mirip dengan ketan yang umum dijadikan tapai.
Sehingga tidak sulit bagi mikroorganisme (yeast) untuk beradaptasi. Beras
jagung juga telah mengalami penggilingan yang menyebabkan endospermium jagung
yang teksturnya keras pecah dan kemungkinan besar dapat diuraikan oleh mikroba.
Sedangkan pada jagung pipil, hasilnya tidak seperti
yang diinginkan. Rasa yang terbentuk hanya masam. Tidak ada rasa manis. Karena
kandungan gula yang paling besar pada endospermium, sedangkan endospermium
sendiri yang sulit diuraikan oleh mikrobia. Bentuk dari jagung pipil juga tetap
tidak berubah sama sekali, bahkan membentuk kapang seperti tempe. Ini disebabkan
karena jagung pipil masih mempunyai kulit ari yang keras yang biasa disebut
endospermium dan tidak dapat diuraikan oleh bakteri. Karbohidrat lebih banyak
dikandung pada bagian dalam endospermium dan yeast saccharomyces c. akan
bereaksi dengan bagian dalam endospermiaum, akan tetapi reaksi yeast kurang
maksimal karena lapisan endospermium yang keras. Sebagian besar yeast beraktivitas di bagian luar
jagung (endospermium) dan hasilnya membentuk kapang.
Tapai dari jagung ini memang terbentuk sedikit rasa
manis karena kadar gula dalam jagung tidak sebanyak kadar gula dalam ketan
ataupun singkong.
BAB
V
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Proses fermentasi mengubah gula
menjadi etanol, asam asetat,
dan karbondioksida.
5.1.2 Proses fermentasi yang
terjadi pada ketan atau singkong juga terjadi pada jagung karena jagung juga
memiliki kandungan gula.
5.1.4 Saccharomyces cerevisiae
tidak dapat melakukan aktivitasnya secara maksimal pada jagung pipil karena jagung
pipil masih memiliki endospermium yang agak keras.
5.2 Saran
5.2.1
Sebaiknya jagung segar idak dipipil, melainkan diiris
untuk membuka endospermium
5.2.2
Pada saat proses fermentasi, pastikan dalam keadaan
anaerob dengan cara tutup dengan rapat.
Lampiran
1) Pembuatan Tapai dari
Beras Jagung
2)
Pembuatan Tapai dari Jagung Pipil
Pembuatan Tapai dari Jagung Pipil
Daftar Pustaka
Rohman, Ijang.
2000. Kimia Fisika I. Jakarta: JICA
IMSTEP.
Gandjar, I.
2003. Tapai from cassava and cereals.
Bangkok.
Sahlin P. 1999. Fermentation as a method of food processing. Lund: Department of
Applied Nutrition and Food Chemistry, Lund University.
Dufour D, O’Brien GM, Best R, editor.
International Meeting on Cassava Flour and Starch : Progress in Research
and Development; Cali, 11-15 Jan 1994. Cali: Centro Internacional de
Agricultura Tropical. hlm 221-232.
Diakses tanggal
26 Desember 2011
Djien KS. 1972. Tapai fermentation. Appl Microbiol
23 (5): 976-978. http://aem.asm.org/cgi/reprint/23/5/976.pdf. Diakses (26 Desember 2011)
Cronk
TC, Steinkraus KH, Hackler LR, Mattick LR. (1977). "Indonesian tape ketan fermentation". Appl Microbiol 33
(5): 1067-73.
http://aem.asm.org/cgi/reprint/33/5/1067.pdf. Diakses (26 Desember 2011)
Cereda MP, Takahashi M. 1994. Cassava
waste : Their Characterization, and Uses, and Treatment in Brazil.
http://news.nationalgeographic.com/news/2006/03/0302_060302_peru_corn.htmlDiakses
(27 Desember 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar